Pages

Subscribe:

Senin, 30 April 2012

MANFAAT GERAKAN SOLAT

            Shalat ternyata tidak hanya menjadi amalan utama di akhirat nanti, tetapi gerakan-gerakan shalat paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Bahkan dari sudut medis, shalat adalah gudang obat dari berbagai jenis pnyakit.

        Allah, Sang Maha Pencipta, tahu persis apa yang sangat dibutuhkan oleh ciptaanNya, khususnya manusia. Semua perintahNya tidak hanya bernilai ketakwaan, tetapi juga mempunyai manfaat besar bagi tubuh manusia itu sendiri. Misalnya, puasa, perintah Allah di rukun Islam ketiga ini sangat diakui manfaatnya oleh para medis dan ilmuwan dunia barat. Mereka pun serta merta ikut berpuasa untuk kesehatan diri dan pasien mereka.

        Begitu pula dengan shalat. Ibadah shalat merupakan ibadah yang paling tepat untuk metabolisme dan tekstur tubuh manusia. Gerakan-gerakan di dalam shalat pun mempunyai manfaat masing-masing. Misalnya:


        Berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar tlinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah. Gerakan ini bermanfaat untuk melancarkan aliran darah, getah bening (limfe), dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancer ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancer. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.


        Ruku’ yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang. Gerakan ini bermanfaat untuk menjaga kesempurnaan posisi serta fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat saraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi untuk merelaksasikan otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah sarana latihan bagi kemih sehingga gangguan prostate dapat dicegah.




       Bangun dari ruku’, tubuh kembali tegak setelah mengangkat kedua tangan setinggi telinga. I’tidal merupakan variasi dari postur setelah ruku’ dan sebelum sujud. Gerakan ini bermanfaat sebagai latihan yang baik bagi organ-organ pencernaan. Pada saat I’tidal dilakukan, organ-organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Tentu memberi efek melancarkan pencernaan.







       Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai. Posisi sujud berguna untuk memompa getah bening ke bagian leher dan ketiak. Posis jantung di atas otak menyebabkan daerah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan sujud dengan tuma’ninah, tidak tergesa-gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Posisi seperti ini menghindarkan seseorang dari gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik ruku’ maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.


      Duduk setelah sujud terdiri dari dua macam yaitu iftirosy (tahiyat awal) dan tawarru’ (tahiyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki. pada saat iftirosy, tubuh bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan saraf nervus Ischiadius. Posisi ini mampu menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarru’ sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (uretra), kelenjar kelamin pria (prostate) dan saluran vas deferens. Jika dilakukan dengan benar, posisi seperti ini mampu mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarru’ menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita.


         Gerakan memutar kepala ke kanan dank e kiri secara maksimal. Salam bermanfaat untuk bermanfaat untuk merelaksasikan otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala sehingga mencegah sakit kepala serta menjaga kekencangan kulit wajah.

       Gerakan sujud tergolong unik. Sujud memiliki falsafah bahwa manusia meneundukkan diri serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya sendiri. Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yang di dalami Prof. Soleh, gerakan ini mengantarkan manusia pada derajat setinggi-tingginya. Mengapa?

Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan oksigen. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yang memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tuma’ninah dan kontinu dapat memicu peningkatan kecerdasan seseorang.

Setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara normal. Darah tidk akan memasuki urat saraf di dalam otak melainkan ketika seseorang sujud dalam shalat. Urat saraf tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini berarti, darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikuti waktu shalat, sebagaimana yang telah diwajibkan dalam Islam.
»»  Monggo lanjut

Minggu, 29 April 2012

Ikhlas akan Selamatkan Amal Kita


 


SEORANG ulama suatu hari menasihati muridnya yang akan mensedekahkan secuil hartanya untuk masjid. Sang Guru berpesan, “Segera serahkan dirhammu kepada masjid, tapi, agar sedekahmu selamat dari riya’ saya akan umumkan nanti di masjid bahwa si fulan – orang lain – yang beramal bukan kamu. Saya tidak sebut namamu”. Tapi si murid itu memberi usulan lain: “Bagaimana kalau tidak perlu disebut, baik nama saya atau si fulan itu?” “Kalau begitu, simpan saja hartamau, karena kamu tidak ikhlas!” komentar sang Guru (Syeikh Zain Sumaith, al-Manhaj al-Sawiy).
Kisah tersebut menampilkan gambaran, betapa perkara ikhlas itu sangat halus. Menurut imam al-Ghazali, menjaga amal – sesudah kita menunaikannya – itu lebih sulit daripada sebelum kita mengerjakannya. Menjaga amal maksudnya menjaga agar amal tersebut tetap diridhai Allah. Agar terjaga, maka hati kita harus selalu dan tetap ikhlas murni karena Allah. Jika ada tendensi atau motivasi-motivasi lain selain-Nya, maka kita belum benar-benar tulus karena-Nya.
Ikhlas adalah meng-esakan Allah Subhanahu Wata’ala dalam ibadah, ketaatan dan perbuatan baik lainnya tanpa tendensi yang lain, seperti terlihat berbuat-buat oleh orang lain, atau ingin mendapat pujian orang lain. Ikhlas merupakan kunci utama dalam beramal. Imam Yusuf bin al-Husein berkomentar; “Sesuatu yang paling mulya di dunia adalah ikhlas” (Risalah Qusyairiyah).
Oleh karena itu, kedudukan seorang mukhlis cukup mulya di sisi Allah. Menurut Syeikh Makhuul, seseorang yang ikhlas beramal dengan sebenar-benar ikhlas selama empat puluh hari, maka biasanya ia akan diberi anugerah hikmah di hati dan lisannya. Di antara tanda seorang mukhlis (orang yang ikhlas beribadah) diberi hikmah adalah; ketika berbicara selalu yang keluar kata-kata bijak, bernas dan solutif. Perilakunya teduh, kata-katanya sopan bijak, takut dipuji, tidak menonjolkan diri. Saat diminta nasihat selalu kata-katanya bermanfaat, ibadahnya selalu membut semakit takut kepada-Nya, bukan malah menjadi materialistis.
Itulah konsep akhlak dalam Islam, selalu dikaitkan dengan ridha Allah. Jika ada akhlak atau perbuatan yang dianggab bermoral, tapi justru melawan syariat Allah maka itu bukan konsep akhlak yang baik. perilaku baik dalam konsep Islam tidak mungkin dipisah dengan konsep keyakinan dasar kepada Sang Khaliq.
Menurut Syeikh Abdul Qadir al-Jilani, agar seorang muslim berakhlak dengan akhlak terpuji, maka akidahnya harus terbebas dari penyimpangan (Abdul Qadir al-Jilani, al-Ghunyah). Konsep akhlak dalam Islam terbungkus dalam bingkai keyakinan yang benar. Karena akidah, mengontrol aktifitas manusia.
Oleh sebab itulah, maka seorang muslim yang beramal dengan riya’ dimasukkan kategori syirik kecil, sebab ia memasukkan sesuatu yang tidak layak untuk disandingkan dengan Allah SWT. Amalanya mendua, karena manusia juga karena Allah. Dalam Tauhid, seorang muslim tidak diperkenankan menduakan Allah, termasuk dalam tujuan-tujuan ibadah.
Jika kita menduakan-Nya dalam tujuan-tujuan ibadah, maka kita sama saja dengan membunuh amal ibadah kita sendiri. Riya’ dan tidak ikhlas itu mesin pembunuh yang meruntuhkan seluruh pengabdian kita kepada Allah.

Agama yang kokoh, tidak tegak kecuali dengan pondasi Ikhlas. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَ
“Dan mereka tidaklah diperintahkan selain agar menyembah Allah semata dengan ikhlas hati dan menjalankan agama dengan benar. Mengerjakan shalat dan menunaikan zakat. Itulah agama yang kokoh (tegak).” (QS. Al−Bayyinah: 5).
Kehancuran keberagamaan seseorang itu disebabkan oleh lenyapnya keikhlasan dalam hatinya. Betapa, dalam kisah-kisah para ulama dahulu selalu menggambarkan orang yang riya’ biasanya terperangkap ke dalam kelompok-kelompok yang tidak benar atau tersesat.
Penghancur agama itu sebenarnya bernama riya, pemersatu umat penguat agama itu adalah ikhlas. Demikian kira-kira salah satu kesimpulan dari inti nasihat-nasihat Imam al-Ghazali dan Imam al-Jailani yang tertulis dalam Ihya Ulumuddin dan al-Ghunyah.
Oleh sebab itulah, baik Imam al-Ghazali dan Imam al-Jailaniy berupaya memperbaiki kondisi masyarakat Islam dengan mengobati hatinya. Penyakit yang cukup kronis menurut beliau adalah ketiadaan ikhlas dalam berjuang. Al- Jinaliny bahkan cukup tegas, menurutnya orang yang berjuang hanya karena ingin disebut pejuang sejati, dan orang yang berjuang demi kemulyaan jamaahnya adalah seorang dajjal yang menghancurkan ukhuwah Islamiyah.
Kerusakan hati yang disebabkan oleh ketiadaan ikhlas, berdampak pada tiga hal; menyebabkan retaknya persatuan sesama jama’ah, amalnya sia-sia tidak mendapat balasan sebaliknya mendapat siksa, dan orang lain akan menjauhi model orang yang tidak terpuji ini. Kita bisa menangkap, bahwa ukhuwah Islamiyah terbangun atas pondasi keikhlasan berjuang. Sebaik apapun tingkat intelektualitas kita, jika hati terkotak-kotak dan terbungkus akhlak tercela tak akan terwujud persatuan dan kekuatan itu.
Ikhlas itu lawannya riya’. Riya’ termasuk salah satu dosa yang merusak amalan.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْداً لاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 264).
Maka bisa dikatakan bahwa ikhlas adalah salah satu prinsip yang besar dan penting di dalam agama Islam. Karena hilangnya ikhlas menjadi sebab tertolaknya amal ibadah. Jika saat ibadah kita ikhlas, belum tentu setelahnya hati kita tulus karena-Nya. Maka, setelah menunaikan ibadah, jagalah tetap hati, jangan sampai tertipu rayuan-rayuan berupa riya dan bangga diri, sebab hal itu bisa  menghabiskan amal yang susah payah kita laksanakan.*
»»  Monggo lanjut

lima ayat anti Galau

Lima “Obat” Penawar Galau
 
Jum'at, 27 April 2012 
GALAU adalah kata yang sangat  popular akhir-akhir ini terutama dikalangan muda generasi bangsa. Semua telah terjangkiti sebuah kata yang menandakan seseorang tengah dilanda rasa kegelisahan, kecemasan, serta kesedihan pada jiwanya. Herannya banyak orang yang bangga mengatakan dirinya sedang galau. Entah itu pejabat, pegawai, buruh, pengangguran, kaya, miskin, tua, muda, pelajar ataupun santri telah latah mengkampanyekan ‘galau’ di negeri kita ini.

Keresahan akan senantiasa menghantui hidup manusia apabila pikirannya dibiarkan terombang-ambing oleh permasalahan hidup. Apalagi keyakinannya pada keberadaan Allah Subhanahu Wata’ala sebagai penolong masih terjebak dalam ritual adat-istiadat semata, sehingga berhala menjadi tempat pengaduannya. Fenomena tersebut begitu jelas di depan mata kita dan terjadi pada sebagian besar umat Islam. Kesibukkan dan rutinitas menjebak mereka yang merasa ‘galau’ untuk mengambil langkah pragmatis dalam penyelesaian problema hidup.

Pada dasarnya, manusia adalah sosok makhluk yang lemah dan bergelimang dosa. Wajar jika disebut sebagai makhluk yang paling sering dilanda kecemasan, apalagi ketika dihadapkan pada permasalahan hidup. Inilah fitrah bagi setiap insan yang memiliki akal pikiran dan tidak perlu dirisaukan karena Allah Subhanahu Wata’ala telah menyiapkan penawarnya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala di dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat ke 28 yang artinya :

الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenteram.”
Orang yang senantiasa mengingat Allah Subhanahu Wata’ala Ta’ala dalam segala hal yang dikerjakannya, tentu akan memiliki dorongan positif pada diri dan jiwanya. Karena dengan mengingat Allah Subhanahu Wata’ala dalam menghadapi segala persoalan, dijamin pikirannya akan cerah dan bijak serta jiwanya diselimuti ketenangan akan datangnya bantuan Allah Subhanahu Wata’ala. Dan sudah merupakan janji Allah Subhanahu Wata’ala Ta’ala, bagi siapa saja yang mengingatnya, maka didalam hatinya pastilah terisi dengan ketentraman-ketentraman yang tidak bisa didapatkan melainkan hanya dengan mengingat-Nya.

Logikanya, jika pejabat ingat pada Allah Subhanahu Wata’ala maka dia akan merasa diawasi oleh Allah Subhanahu Wata’ala dalam menjalankan amanahnya. Dan dengan demikian, peluang berbuat curang apalagi sampai menilap hak rakyat dapat terminimalisir. Begitu juga remaja dan pemuda yang senantiasa menjalin kedekatan dengan Allah Subhanahu Wata’ala, maka kehidupannya memiliki arah pasti yang jauh dari pengaruh bisikan hedonis. Ditambah lagi rakyat secara keseluruhan menghidupkan nilai-nilai ke-Tuhan-an dalam aktivitasnya setiap saat, maka aroma religious akan mampu memberikan kedamaian pada jiwa-jiwa manusia.

Terkhusus umat Islam, jika benar-benar menjalankan dan mengindahkan semua syari’at yang telah dibawa Rasulullah, sudah barang tentu kejayaan umat peradaban akan kembali mewarnai dunia ini. Sejarah peradaban Islam telah membuktikan bahwa tidak ada istilah ‘galau’ pada umat manusia ketika aturan-aturan Allah Subhanahu Wata’ala ditegakkan di atas bumi ini. Artinya, Islam adalah ajaran yang menentang ‘galau’ karena syari’at Islam adalah rahmatan lil ‘alamin.

Ayat-ayat penawar galau
Ayat pertama, berserah kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Kita sangat dituntut untuk memiliki semangat bekerja keras, namun apapun hasilnya harus diserahkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Sebagaimana telah berfirman Allah Subhanahu Wata’ala yang artinya: 

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ
وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.“ (QS: al Insyirah: 7-8).

Dengan berserah kepada Allah Subhanahu Wata’ala, kita akan melakukan apapun dengan ketenangan dan kenyamanan bathin karena ada jaminan Allah Subhanahu Wata’ala yang senantiasa memelihara ciptaan-Nya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً

“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah  akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah   melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah  telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”(QS. Ath-Thalaaq : 3).

Ayat kedua, bersabar karena Allah Subhanahu Wata’ala. Bersabar disini bukan berarti menunggu dan pasrah begitu saja, sabar dalam artian menerima takdir Allah Subhanahu Wata’ala sebagai yang terbaik dan senantiasa mempersiapkan diri untuk melakukan yang terbaik pula. Allah Subhanahu Wata’ala menegaskan di dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat ke 200 yang artinya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اصْبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَاتَّقُواْ اللّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
 “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala, supaya kamu beruntung.”

Dan sesungguhnya dengan bersabar Allah Subhanahu Wata’ala sedang menyertai kita. Bukankah suatu kemuliaan bagi manusia jika sang Maha Pencipta sudi menyertai hidupnya? Inilah janji Allah Subhanahu Wata’ala Allah Subhanahu Wata’ala Ta’ala dalam firman-Nya;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٣
“Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah:153).

Ayat ketiga, berteguh hati dan fikiran. Flash-back terkait makna ‘galau’ jika dipahami keresahan hati, maka kita sebagai umat Islam harus memiliki keteguhan hati dan fikiran bahwa Allah Subhanahu Wata’ala telah mengatur semesta alam ini. Jadi, tidak ada lagi kebimbangan mau jadi apa dan kemana masa depan kita, yang penting lakukanlah apa yang terbaik yang dapat dilakukan. Berikut Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah Subhanahu Wata’ala) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah : 105)

Ayat keempatsedih dilarang Allah Subhanahu Wata’ala.
Sebagai umat Islam, kita harus merasa beruntung dalam berbagai hal kehidupan. Karena Islam telah merangkum aturan hidup manusia hingga akhir zaman, dan tidak sepatutnya seorang hamba Allah Subhanahu Wata’ala bersedih kecuali sedih karena dosanya. Allah Subhanahu Wata’ala memotivasi kita dalam firman-Nya;
لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا
“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala bersama kami.” (QS. At Taubah: 40)

Ayat kelimamenghadap Allah Subhanahu Wata’ala.
Adukanlah semua permasalahan kepada Allah Subhanahu Wata’ala karena pasti Allah Subhanahu Wata’ala mempunyai semua solusinya. Sangat wajar jika kita menemui masalah dalam menjalani kehidupan ini, namun jangan pernah mundur atau takluk pada permaslahan itu. Allah Subhanahu Wata’ala sudah mengingatkan hamba-Nya di dalam ayat yang dibaca setiap muslim minimal 17 kali dalam sehari:
يَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada-Mulah kami menyembah, dan hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan.” (QS. Al Fatihah 5)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat dari Allah Subhanahu Wata’ala yang mendorong umat Islam untuk tidak menjadi bagian dari orang yang mengkampanyekan ‘galau’, karena dengan berkoar-koar dirinya dalam ke-galau-an maka dia telah menurunkan derajatnya menjadi manusia yang tidak bersyukur dan enggan berfikir.

Kesimpulannya, umat Islam dilarang mengatakan ‘galau’ jika itu berimbas pada perilakunya yang kemudian menduakan Allah Subhanahu Wata’ala. Al-Quran dan As-Sunnah telah disempurnakan dalam merangkum aturan hidup manusia, sehingga tiada lagi problematika hidup jika kita bersandar pada sang pencipta kehidupan. Dan Islam pernah membuktikan dalam berabad-abad lamanya, yakni mampu memakmurkan kehidupan makhluk di jagat raya ini.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِي
“dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS . Al-Anbiya’ : 107).*/Zainal Arifin
Baca juga: Ayat-Ayat Anti Galau
»»  Monggo lanjut

Senin, 23 April 2012

Hukum Pacaran Dalam Islam


Berhubung dalam comment di beberapa artikel dan di shoutbox ada sahabat yg menanyakan tentang pacaran dalam islam maka berikut saya carikan artikel kemudian saya posting kembali di sini dengan menyertakan sumber artikelnya. Semoga bermanfaat

1. Hukum pacaran itu bagaimana sih? .
2. Saya ingin tanya tentang pergaulan antara pria dan wanita menurut syariat islam! dan bagaimana hukumnya apabila tidak berpacaran namun bergaul dengan pria lain dan pria itu timbul perasaan terhadap kita walaupun kita tidak ingin dikatakan berpacaran dengan pria itu walaupun wanitanya lama-lama juga timbul perasaan tertarik pada pria tersebut? Atas jawabannya saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya!
3. Saya muslimah ingin menyakan tentang hukum pacaran saya pernah dengar katanya pacaran itu haram lalu bagi cowok untuk mengetahui sifat/karakter pujaannya bisa mengirim saudaranya untuk mengetahui nya(mohon koreksinya), lalu bagaimana dengan cewek? apakah juga perlu mengirimkan saudaranya untuk mengetahui sifat cowok
pujaanya?

Jawaban:

Dalam Islam, hubungan antara pria dan wanita dibagi menjadi dua, yaitu hubungan mahram dan hubungan nonmahram. Hubungan mahram adalah seperti yang disebutkan dalam Surah An-Nisa 23, yaitu mahram seorang laki-laki (atau wanita yang tidak boleh dikawin oleh laki-laki) adalah ibu (termasuk nenek), saudara perempuan (baik sekandung ataupun sebapak), bibi (dari bapak ataupun ibu), keponakan (dari saudara sekandung atau sebapak), anak perempuan (baik itu asli ataupun tiri dan termasuk di dalamnya cucu), ibu susu, saudara sesusuan, ibu mertua, dan menantu perempuan. Maka, yang tidak termasuk mahram adalah sepupu, istri paman, dan semua wanita yang tidak disebutkan dalam ayat di atas.

Uturan untuk mahram sudah jelas, yaitu seorang laki-laki boleh berkhalwat (berdua-duaan) dengan mahramnya, semisal bapak dengan putrinya, kakak laki-laki dengan adiknya yang perempuan, dan seterusnya. Demikian pula, dibolehkan bagi mahramnya untuk tidak berhijab di mana seorang laki-laki boleh melihat langsung perempuan yang terhitung mahramnya tanpa hijab ataupun tanpa jilbab (tetapi bukan auratnya), semisal bapak melihat rambut putrinya, atau seorang kakak laki-laki melihat wajah adiknya yang perempuan. Aturan yang lain yaitu perempuan boleh berpergian jauh/safar lebih dari tiga hari jika ditemani oleh laki-laki yang terhitung mahramnya, misalnya kakak laki-laki mengantar adiknya yang perempuan tour keliling dunia. Aturan yang lain bahwa seorang laki-laki boleh menjadi wali bagi perempuan yang terhitung mahramnya, semisal seorang laki-laki yang menjadi wali bagi bibinya dalam pernikahan.

Hubungan yang kedua adalah hubungan nonmahram, yaitu larangan berkhalwat (berdua-duaan), larangan melihat langsung, dan kewajiban berhijab di samping berjilbab, tidak bisa berpergian lebih dari tiga hari dan tidak bisa menjadi walinya. Ada pula aturan yang lain, yaitu jika ingin berbicara dengan nonmahram, maka seorang perempuan harus didampingi oleh mahram aslinya. Misalnya, seorang siswi SMU yang ingin berbicara dengan temannya yang laki-laki harus ditemani oleh bapaknya atau kakaknya. Dengan demikian, hubungan nonmahram yang melanggar aturan di atas adalah haram dalam Islam. Perhatikan dan renungkanlah uraian berikut ini.

Firman Allah SWT yang artinya, ?Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.? (Al-Isra: 32).

?Katakanlah kepada orang-orang mukmin laki-laki: ?Hendaklah mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya ?.? Dan katakanlah kepada orang-orang mukmin perempuan: ?Hendaknya mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya ??.?
(An-Nur: 30?31).

Menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan, tidak dilepas begitu saja tanpa kendali sehingga dapat menelan merasakan kelezatan atas birahinya kepada lawan jenisnya yang beraksi. Pandangan dapat dikatakan terpelihara apabila secara tidak sengaja melihat lawan jenis kemudian menahan untuk tidak berusaha melihat mengulangi melihat lagi atau mengamat-amati kecantikannya atau kegantengannya.

Dari Jarir bin Abdullah, ia berkata, ?Saya bertanya kepada Rasulullah saw. tentang melihat dengan mendadak. Maka jawab Nabi, ?Palingkanlah pandanganmu itu!? (HR Muslim, Abu Daud, Ahmad, dan Tirmizi).

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda yang artinya, ?Kedua mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan zina, kedua kaki itu (bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu akan dibenarkan atau diingkari oleh alat kelamin.? (Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibn Abbas dan Abu Hurairah).

?Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua teling zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya.? (HR Bukhari).

Rasulullah saw. berpesan kepada Ali r.a. yang artinya, ?Hai Ali, Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya! Kamu hanya boleh pada pandangan pertama, adapun berikutnya tidak boleh.? (HR Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi).

Al-Hakim meriwayatkan, ?Hati-hatilah kamu dari bicara-bicara dengan wanita, sebab tiada seorang laki-laki yang sendirian dengan wanita yang tidak ada mahramnya melainkan ingin berzina padanya.?

Yang terendah adalah zina hati dengan bernikmat-nikmat karena getaran jiwa yang dekat dengannya, zina mata dengan merasakan sedap memandangnya dan lebih jauh terjerumus ke zina badan dengan, saling bersentuhan, berpegangan, berpelukan, berciuman, dan seterusnya hingga terjadilah persetubuhan.

Ath-Thabarani dan Al-Hakim meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, ?Allah berfirman yang artinya, ?Penglihatan (melihat wanita) itu sebagai panah iblis yang sangat beracun, maka siapa mengelakkan (meninggalkannya) karena takut pada-Ku, maka Aku menggantikannya dengan iman yang dapat dirasakan manisnya dalam hatinya.?

Ath-Thabarani meriwayatkan, Nabi saw. bersabda yang artinya, ?Awaslah kamu dari bersendirian dengan wanita, demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, tiada seorang lelaki yang bersendirian (bersembunyian) dengan wanita malainkan dimasuki oleh setan antara keduanya. Dan, seorang yang berdesakkan dengan babi yang berlumuran lumpur yang basi lebih baik daripada bersentuhan bahu dengan bahu wanita yang tidak halal baginya.?

Di dalam kitab Dzamm ul Hawa, Ibnul Jauzi menyebutkan dari Abu al-Hasan al-Wa?ifdz bahwa dia berkata, ?Ketika Abu Nashr Habib al-Najjar al-Wa?idz wafat di kota Basrah, dia dimimpikan berwajah bundar seperti bulan di malam purnama. Akan tetapi, ada satu noktah hitam yang ada wajahnya. Maka orang yang melihat noda hitam itu pun bertanya kepadanya, ?Wahai Habib, mengapa aku melihat ada noktah hitam berada di wajah Anda?? Dia menjawab, ?Pernah pada suatu ketika aku melewati kabilah Bani Abbas. Di sana aku melihat seorang anak amrad dan aku memperhatikannya. Ketika aku telah menghadap Tuhanku, Dia berfirman, ?Wahai Habib?? Aku menjawab, ?Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah.? Allah berfirman, ?Lewatlah Kamu di atas neraka.? Maka, aku melewatinya dan aku ditiup sekali sehingga aku berkata, ?Aduh (karena sakitnya).? Maka. Dia memanggilku, ?Satu kali tiupan adalah untuk sekali pandangan. Seandainya kamu berkali-kali memandang, pasti Aku akan menambah tiupan (api neraka).?

Hal tersebut sebagai gambaran bahwa hanya melihat amrad (anak muda belia yang kelihatan tampan) saja akan mengalami kesulitan yang sangat dalam di akhirat kelak.

?Semalam aku melihat dua orang yang datang kepadaku. Lantas mereka berdua mengajakku keluar. Maka, aku berangkat bersama keduanya. Kemudian keduanya membawaku melihat lubang (dapur) yang sempit atapnya dan luas bagian bawahnya, menyala api, dan bila meluap apinya naik orang-orang yang di dalamnya sehingga hampir keluar. Jika api itu padam, mereka kembali ke dasar. Lantas aku berkata, ?Apa ini?? Kedua orang itu berkata, ?Mereka adalah orang-orang yang telah melakukan zina.? (Isi hadis tersebut kami ringkas redaksinya. Hadis di ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

Di dalam kitab Dzamm ul-Hawa, Ibnul Jauzi menyebutkan bahwa Abu Hurairah r.a. dan Ibn Abbas r.a., keduanya berkata, Rasulullah saw. Berkhotbah, ?Barang siapa yang memiliki kesempatan untuk menggauli seorang wanita atau budak wanita lantas dia melakukannya, maka Allah akan mengharamkan surga untuknya dan akan memasukkan dia ke dalam neraka. Barang siapa yang memandang seorang wanita (yang tidak halal) baginya, maka Allah akan memenuhi kedua matanya dengan api dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam neraka. Barang siapa yang berjabat tangan dengan seorang wanita (yang) haram (baginya) maka di hari kiamat dia akan datang dalam keadaan dibelenggu tangannya di atas leher, kemudian diperintahkan untuk masuk ke dalam neraka. Dan, barang siapa yang bersenda gurau dengan seorang wanita, maka dia akan ditahan selama seribu tahun untuk setiap kata yang diucapkan di dunia. Sedangkan setiap wanita yang menuruti (kemauan) lelaki (yang) haram (untuknya), sehingga lelaki itu terus membarengi dirinya, mencium, bergaul, menggoda, dan bersetubuh dengannya, maka wanitu itu juga mendapatkan dosa seperti yang diterima oleh lelaki tersebut.?

?Atha? al-Khurasaniy berkata, ?Sesungguhnya neraka Jahanam memiliki tujuh buah pintu. Yang paling menakutkan, paling panas, dan paling bisuk baunya adalah pintu yang diperuntukkan bagi para pezina yang melakukan perbuatan tersebut setelah mengetahui hukumnya.?

Dari Ghazwan ibn Jarir, dari ayahnya bahwa mereka berbicara kepada Ali ibn Abi Thalib mengenai beberapa perbuatan keji. Lantas Ali r.a. berkata kepada mereka, ?Apakah kalian tahu perbuatan zina yang paling keji di sisi Allah Jalla Sya?nuhu?? Mereka berkata, ?Wahai Amir al-Mukminin, semua bentuk zina adalah perbuatan keji di sisi Allah.? Ali r.a. berkata, ?Akan tetapi, aku akan memberitahukan kepada kalian sebuah bentuk perbuatan zina yang paling keji di sisi Allah Tabaaraka wa Taala, yaitu seorang hamba berzina dengan istri tetangganya yang muslim. Dengan demikian, dia telah menjadi pezina dan merusak istri seorang lelaki muslim.? Kemudian, Ali r.a. berkata lagi, ?Sesungguhnya akan dikirim kepada manusia sebuah aroma bisuk pada hari kiamat, sehingga semua orang yang baik maupun orang yang buruk merasa tersiksa dengan bau tersebut. Bahkan, aroma itu melekat di setiap manusia, sehingga ada seseorang yang menyeru untuk memperdengarkan suaranya kepada semua manusia, ?Apakah kalian tahu, bau apakah yang telah menyiksa penciuman kalian?? Mereka menjawab, ?Demi Allah, kami tidak mengetahuinya. Hanya saja yang paling mengherankan, bau tersebut sampai kepada masing-masing orang dari kita.? Lantas suara itu kembali terdengar, ?Sesungguhnya itu adalah aroma alat kelamin para pezina yang menghadap Allah dengan membawa dosa zina dan belum sempat bertobat dari dosa tersebut.?

Bukankah banyak kejadian orang-orang yang berpacaran dan bercinta-cinta dengan orang yang telah berkeluarga? Jadi, pacaran tidak hanya mereka yang masih bujangan dan gadis, tetapi dari uisa akil balig hingga kakek nenek bisa berbuat seperti yang diancam oleh hukuman Allah tersebut di atas. Hanya saja, yang umum kelihatan melakukan pacaran adalah para remaja.

Namun, bukan berarti tidak ada solusi dalam Islam untuk berhubungan dengan nonmahram. Dalam Islam hubungan nonmahram ini diakomodasi dalam lembaga perkawinan melalui sistem khitbah/lamaran dan pernikahan.

?Hai golongan pemuda, siapa di antara kamu yang mampu untuk menikah, maka hendaklah ia menikah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih memelihara kemaluan. Tetapi, siapa yang tidak mampu menikah, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat mengurangi syahwat.? (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan Darami).

Selain dua hal tersebut di atas, baik itu dinamakan hubungan teman, pergaulan laki perempuan tanpa perasaan, ataupun hubungan profesional, ataupun pacaran, ataupun pergaulan guru dan murid, bahkan pergaulan antar-tetangga yang melanggar aturan di atas adalah haram, meskipun Islam tidak mengingkari adanya rasa suka atau bahkan cinta. Anda bahkan diperbolehkan suka kepada laki-laki yang bukan mahram, tetapi Anda diharamkan mengadakan hubungan terbuka dengan nonmahram tanpa mematuhi aturan di atas. Maka, hubungan atau jenis pergaulan yang Anda sebutkan dalam pertanyaan Anda adalah haram. Kalau masih ingin juga, Anda harus ditemani kakak laki-laki ataupun mahram laki-laki Anda dan Anda harus berhijab dan berjilbab agar memenuhi aturan yang telah ditetapkan Islam.

Hidup di dunia yang singkat ini kita siapkan untuk memperoleh kemenangan di hari akhirat kelak. Oleh karena itu, marilah kita mulai hidup ini dengan bersungguh-sungguh dan jangan bermain-main. Kita berusaha dan berdoa mengharap pertolongan Allah agar diberi kekuatan untuk menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Semoga Allah menolong kita, amin.

Adapun pertanyaan berikutnya kami jawab bahwa cara mengetahui sifat calon pasangan adalah bisa tanya secara langsung dengan memakai pendamping (penengah) yang mahram. Atau, bisa melalui perantara, baik itu dari keluarga atau saudara kita sendiri ataupun dari orang lain yang dapat dipercaya. Hal ini berlaku bagi kedua belah pihak. Kemudian, bagi seorang laki-laki yang menyukai wanita yang hendak dinikahinya, sebelum dilangsungkan pernikahan, maka baginya diizinkan untuk melihat calon pasangannya untuk memantapkan hatinya dan agar tidak kecewa di kemudian hari.

?Apabila seseorang hendak meminang seorang wanita kemudian ia dapat melihat sebagian yang dikiranya dapat menarik untuk menikahinya, maka kerjakanlah.? (HR Abu Daud).

Hal-hal yang mungkin dapat dilakukan sebagai persiapan seorang muslim apabila hendak melangsungkan pernikahan.
1. Memilih calon pasangan yang tepat.
2. Diproses melalui musyawarah dengan orang tua.
3. Melakukan salat istikharah.
4. Mempersiapkan nafkah lahir dan batin.
5. Mempelajari petunjuk agama tentang pernikahan.
6. Membaca sirah nabawiyah, khususnya yang menyangkut rumah tangga Rasulullah saw.
7. Menyelesaikan persyaratan administratif sesui dengan peraturan daerah tempat tinggal.
8. Melakukan khitbah/pinangan.
9. Memperbanyak taqarrub kepada Allah supaya memperoleh kelancaran.
10. Mempersiapkan walimah.

»»  Monggo lanjut

Selasa, 10 April 2012

Carilah Sahabat yang baik


 
Senin, 09 April 2012 
DALAM Islam, tidak ada satupun aspek yang tidak terkait dengan ketuhanan. Termasuk dalam etika pertemanan (al-suhbah). Imam al-Ghazali menyebutnya -- pertemanan yang baik -- sebagai salah satu rukun agama. Dikatakannya, bahwa agama (al-din) itu sesungguhnya safar(berpergian) menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan salah satu pilar ber-safar adalah berbaik hati ketika berteman (Al-Ghazali, al-Arba’in fi Ushul al-Din,84).
Karena menjadi rukun agama, maka pertemanan yang baik (husnu al-suhbah) itu termasuk menjadi faktor baik tidaknya kualitas keberagamaan seorang muslim. Oleh sebab, itu ia --husnu al-suhbah -- menjadi tanda pengenal seorang mu’min.

Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bukan dari golongan kami orang yang tidak mengasihi anak-anak kecil kami dan tidak menghormati orang-orang yang tua kami.” (HR. Bukhori).

Artinya, Rasulullah mendiskualifikasi orang-orang yang tidak berbuat baik terhadap anak-anak kecil dan orang yang tua. Bukan mendiskualifikasi keluar dari keislamannya, akan tetapi keluar dari akhlak sebagai seorang yang menyatakan diri umat Rasulullah. Seorang muslim sejati itu pasti berbuat baik kepada mereka. Jika tidak, keislamanya belum sempurna.

Sebagai salah satu rukun agama, maka perintah husnu al-suhbah itu tidak sembarangan. Ada aturan dan etikanya. Agar supaya pilar itu kokoh, tidak rapuh. Kuat dan tidak mudah digoyang godaan. Maka, pilar itu mesti diisi dengan sesuatu yang menguatkannya.

Sehingga hunsnu al-suhbah itu wajib dijalin kerena Allah bukan yang lain. Rasulullah bersabda: “7 golongan yang akan mendapatkan naungan pada saat di mana tidak ada naungan kecuali naungan Allah : Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, seseorang yang hatinya senantiasa terkait dengan masjid, dua orang yang saling cinta karena Allah, bersatu dan berpisah di atasnya, seseorang yang diajak berzina oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan namun pemuda tersebut berkata, ‘Aku takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah dan ia menyembunyikan sedekahnya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta seseorang yang berdzikir kepada Allah sendirian hingga meneteskan air mata.” (HR.Bukhari Muslim).

Sahabat Mu’adz bin Jabal pernah mendengar nasihat dari Nabi tentang keutamaan menyambung persahabatan karena Allah. Diceritakan Mu’adz, bahwa orang-orang muslim yang mengikat persahabatan dan silaturahmi karena Allah dan saling mencintai di antara mereka akan mendapatkan cinta Allah di akhirat kelak. (HR. Ahmad).

Ini menjunjukkan memang husnu al-suhbah itu ajaran yang cukup agung dalam Islam. Betapa tidak, ia menjadi rukun agama, tanda keimanan dan faktor kebahagiaan di akhirat.

Maka, persahabatan yang baik sesama Muslim itu dibangun bukan untuk tujuan-tujuan yang sifatnya materialis dan sementara. Bukan untuk mendapatkan manfaat dunia, materi, jabatan atau sejenisnya. Persahabatan untuk tujuan-tujuan ini sifatnya rapuh dan mudah runtuh. Karena sifatnya sementara dan sekedar memenuhi hasrat nafsu pribadi. Jika -- dalam persahbatan itu -- kepuasannya habis, maka persahabatannya terancam putus. Makanya persahabatan dengan niat yang ini bukan disebut husnu al-suhbah. Husnu al-Suhbah itu persahabatan yang dijalin dengan iman.

Jalinan dalam husnu al-suhbah itu merupakan jalinan rabbaniyyah, maka janganlah memilih teman secara sembarangan. Pilihlah yang bisa membimbing iman. Rasulullah telah memberi petunjuk agar tidak berteman duduk kecuali dengan teman yang memberi manfaat agama. Dan diperintah untuk berhati-hati berkawan dengan orang yang mengabaikan perintah agama (ahl al-ghoflah).

Rasulullah bersabda: “Bersendirian itu lebih baik daripada berteman duduk dengan orang jahat. Berteman dengan orang sholih itu lebih baik daripada bersendirian.” (HR. al-Hakim dan Baihaqi).

Dijelaskan oleh Imam al-Ghazali bahwa hadis tersebut di atas melarang untuk berkawan dengan orang yang melalaikan perintah agama. Bahwa sering-sering duduk-duduk bersama mereka bisa mengerus agama.

Rasulullah bersabda: “Seseorang tergantung atas agama temannya, maka hendaknya salah seorang kalian meneliti siapa yang dijadikan sebagai temannya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

Imam al-Ghazali menggambarkan seseorang yang berkawan akrab dengan mereka sama dengan orang yang benang bajunya terlepas satu persatu. Atau digamparkan seperti bulu jenggotnya terlepas satu persatu. Jika terus-terusan, maka bajunya sudah tidak berbentuk lagi kerena benangnya habis, atau bulu jenggotnya hilang seperti dicukur habis. Orang yang melepas benang dan mencabut bulu itu digambarkan sebagai teman yang ahl al-ghoflah. Artinya, jika terus-menerus berkawan akrab dengan mereka, maka iman kita akan luntur.

Karena begitu penting, maka menjalin husnu al-suhbah ada etikanya. Di antaranya, hendaklah tawadludengan teman sesama Muslim, jangan menunjukkan sikap bangga diri, sombong dan hasud, sebab akan merusak jalinan bersahabatan. Jangan sampai tidak menyapa lebih dari tiga hari. Rasulullah memperingatkan: “Tidak dihalalkan bagi seorang muslim tidak menyapa saudara (sesama muslim) lebih dari tiga hari.” (HR. Bukhari Muslim).

Hidari sikap menghibah apalagi mengadu domba. Rasulullah bersabda, “Jangan kalian saling dengki, saling benci, saling menjerumuskan, saling membelakangi dan jangan sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR Bukhari dan Muslim).

Kepada teman, juga disunnahkan untuk selalu mengucapkan salam dan bersalaman ketika bertemu. Dan diutamakan kita memulai dulu mengucapkannya. Jika sakit, kita jenguk. Mendoakan dan memberi hadiah.

Mendoakan teman dianjurkan tidak didepannya, tapi yang utama mendoakannya ketika tidak dihadapan teman. Saling menasihati dengan kata santun dan penuh kecintaan.

Jika melakukan kesalahan, maka ingatkan dengan baik tanpa rasa membenci. Allah berfirman:
فَاصْفَحِ الصَّفْحَ الْجَمِيلَ
“Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.” (QS. Al-Hijr: 85).(hiddyatullah.com)
»»  Monggo lanjut

Logika Cinta


“Kamulah Cinta sejatiku, Cinta sejatiku akan menjagamu dan tidak akan mati sampai kapanpun, Cinta sejatiku tak akan lekang oleh waktu, Cinta sejatiku bagaikan samudera yang selalu penuh lautan kasih meski musim silih berganti,” itulah diantara potongan kata-kata romantis yang sering didendangkan penyair dalam lagu-lagunya atau juga sering diucapkan para manusia yang sedang kasmaran dimabuk cinta kepada pasangannya baik tua maupun muda, bule ataupun local, hitam ataupun putih dan begitulahkedahsyatannya. Kalimat cinta yang penuh keyakinan terucap sebagai upaya pembuktian cinta seseorang kepada pasangannya bahkan menjadi senjata andalan untuk meluluhlantakkan hati sang kekasih. Tentunya sebuah fenomena yang lumrah, sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an surat Ali Imron ayat 14, yang artinya : ”Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”

Cinta akan kehidupan dunia ini merupakan fitrah manusia sebagai makhluk berakal yang mempunyai nafsu dan perasaan. Keinginan untuk memiliki, rasa sosial yang tinggi, sympathetic and empathy, congeniality serta berbagai emotion kepribadian lainnya merupakan faktor seseorang untuk mengagungkan cinta. Dan Abu hamzah, anas bin malik ra. menerangkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "tidak sempurna iman seseorang diantara kalian sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”(HR bukhari dan muslim). Sudah barang tentu jika cinta menjadi hangat diperbincangkan dan begitu indah bila dinikmati sehingga membuat manusia lebih sempurna dari makhluk-makhluk Allah lainnya. Namun harus diketahui cinta yang ada di muka bumi ini hanyalah sesaat dan bukanlah Cinta Sejati. Cinta setiap manusia di dunia dapat hancur karena perubahan waktu, dapat pupus oleh hembusan globalisasi, dapat redup oleh himpitan ekonomi dan bahkan sering terombang-ambing oleh tuntutan nafsu. Telah banyak manusia yang terjebak dalam kubangan cinta semu dan teramat mendewakannya, sehingga mereka tidak mendapatkan kedamaian buah cinta itu sendiri karena melupakan hakikat cinta yang telah dibawanya sejak lahir ke dunia fana ini. Senada dengan Kalammullah pada Al Qur’an surat An Nahl ayat 107, yang berarti : “Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka (manusia) mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.”

Apakah Cinta Sejati itu? Salah satu definisi dikemukakan oleh M Scott Peck dalam The Road Less Travelled, mendefinisikan cinta sebagai “kemauan untuk mengembangkan diri sendiri dengan maksud memelihara pertumbuhan spiritual diri sendiri atau perkembangan spiritual orang lain,” dengan demikian cinta sangat erat berhubungan dengan nilai-nilai spiritual yang benar. Cinta Sejati hanya milik dzat yang senantiasa menjaga cinta-Nya selama 24 jam, selalu mendampingi cinta-Nya kemanapun pergi, melindungi cinta-Nya siang-malam tanpa sedikitpun tidur, mengetahui apapun yang terjadi pada cinta-Nya, serta kasih sayang yang tidak terhinggakan kepada kehidupan ini. Cinta Sejati abadi keberadaannya, selalu memberikan jalan terang bagi kehidupan, senantiasa menciptakan kedamaian bagi penerimanya, takkan punah oleh perkembangan zaman dan tidak akan hancur bersama kiamat. Cinta Sejati menjanjikan kepastian tanpa sedikit keraguan dalam misinya, dan orang-orang beriman terdahulu telah berseru demi keagungan Cinta Sejati sebagaimana yang tertuang dalam Al Qur’an surat Ali Imron ayat 31, artinya : “Katakanlah : "Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Senada yang disampaikan Rasulullah dalam hadistnya, yang artinya: sesungguhnya Allah ta'ala berfirman pada hari kiamat : Mana orang yang saling mencintai karena kebesaran Ku, hari ini Aku akan menaungi mereka pada saat tidak ada naungan selain naungan-Ku (HR muslim). Cinta Sejati adalah cinta Allah kepada ciptaan-Nya yang tidak terbandingkan oleh apapun di jagat raya ini dan menjanjikan keselamatan dunia-akhirat bagi kehidupan seluruh makhluk hidup ciptaan-Nya. Dan janji Allah adalah benar layaknya cinta-Nya yang begitu indah kepada umat manusia sejak manusia pertama, nabi Adam as hingga manusia yang paling akhir kelak yang akan lahir di bumi Allah ini.

Cinta Sejati hanya milik Allahusshomad, tempat makhluk hidup berharap dan berserah. Allah yang telah menciptakan dan menjaga kehidupan ini siang dan malam, memberikan limpahan nikmat tak terhitung berupa napas dan lainnya, mengampuni kekhilafan manusia yang selalu khufur pada kasih sayang-Nya, melimpahkan rizki tak terhingga bagi setiap hamba-Nya dan masih teramat besar anugerah yang tidak sanggup ditulis oleh siapapun makhluk ciptaan-Nya. Allah tidak pernah lelah mengatur kehidupan ini, Allah tidak menghitung apa yang telah diberikan kepada umat manusia, Allah tidak pernah sedikitpun merugi atas ulah hamba-hamba yang lalai, Allah tidak takut ditinggalkan siapapun karena Allah dapat melakukan apapun yang dikehendaki-Nya. Dalam Al Qur’an surat Al Maa’idah ayat 54, Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agama-Nya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu'min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas, lagi Maha Mengetahui.”

Cinta Sejati tidak akan dimiliki manusia, namun dapat dirasakan oleh siapapun hamba-Nya yang senantiasa mendekatkan diri ke haribaan-Nya. Hadist Rasulullah yang artinya “Siapa yang ingin merasakan lezatnya iman maka cintailah seseorang hanya karena Alloh” (HR Muslim). Cinta Sejati Allah akan mengantarkan manusia pada tempat yang mulia dan berhak menempati jannah-Nya, hal ini tertuang dalam sabda nabi Muhammad SAW, yang artinya : “Layak mendapatkan cinta-Ku bagi orang yang saling mencintai karena-Ku. Orang yang saling mencintai karena-Ku(di hari kiamat) akan ditempatkan di menara dari cahaya, tempat yang diingini oleh para nabi, orang-orang yang benar dan para syuhada” (Shahih jami). Sungguh besar Cinta Sejati Allah, namun kesombongan manusia selalu saja menghiasi perputaran zaman. Dengan mengatasnamakan Cinta Sejati, manusia berupaya menghalalkan beragam bentuk percintaan demi pencapaian kepuasaan pribadi. Manusia terlalu jauh dari layak jika mengatakan mampu memberikan Cinta Sejati, karena cinta manusia hanyalah cinta materi yang akan lenyap seiring berputarnya jagat. Allah telah memperingatkan manusia dalam ayat-ayat suci-Nya, diantaranya dalam QS. Al Qiyaamah : 20, QS. Al Fajr : 20, QS. Al ‘Aadiyat : 8, intinya cinta manusia di dunia semata-mata karena kebendaan bukan karena Allah subhanahu wa ta’ala. Dan Rasulullah telah memperingatkan setiap manusia akan godaan cinta dunia yang tertuang dalam hadistnya yang berarti : “Dunia ini cantik dan hijau. sesungguhnya Alloh menjadikan kamu kholifah dan Alloh mengamati apa yang kamu lakukan, karena itu jauhilah godaan wanita dan dunia, Sesungguhnya fitnah pertama yang menimpa bani israil adalah godaan kaum wanita. (HR.Ahmad)

Sungguh manusia sangat bergantung akan cinta Allah, semestinya mereka memerankan cinta titipan-Nya dengan aturan yang telah tertera dalam Al Qur’an dan telah dicontohkan tuntunan-Nya itu oleh tauladan Rasulullah saw sebagai kekasih Allah. Dan setiap manusia berhak menjadi kekasih-kekasih Allah selanjutnya, bila mampu menghidupkan sunnah dan meneladani budi pekerti Muhammad saw sebagai manusia paling mulia sepanjang zaman. Dengan keterbatasan manusia sebagai makhluk yang penuh kelemahan dan tak luput dari kekhilafan, setiap manusia masih merasakan agungnya Cinta Sejati Allah dengan limpahan rahmat yang diantaranya adalah kesempatan hidup di bumi ini. Dari Abu Hurairah ra. ia berkata ; Rasulullah saw bersabda: “tatkala Alloh menciptakan makhluk, ia menulis pada suatu kitab, kitab itu berada di sisi-Nya di atas "Arasy, bertuliskan ; Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku” (Hr Bukhari dan muslim). Subhanallah!!! Dan Dari Umar bin Khathab ra ia berkata ; beberapa orang tawanan dihadapkan kepada Rasulullah saw, tiba-tiba ada seorang wanita dalam tawanan itu bingung mencari anaknya, setiap ia melihat anak kecil dalam rombongan tawanan itu diangkatkan dan disusuinya. Kemudian Rasulullah saw bertanya; “Apakah kamu berpendapat bahwa perempuan ini akan melemparkan anaknya ke dalam api?” Kami menjawab; “Demi Alloh tidak, Beliau bersabda; “Alloh lebih sayang kepada hamba-Nya melebihi sayangnya perempuan itu kepada anaknya.” (Hr Bukhari dan muslim).

Kesimpulannya wahai saudaraku!!! Janganlah kita selalu terbelenggu oleh cinta sesaat alam fana ini dan jangan pula kita tebarkan cinta yang bukan karena Allah swt. Bolehlah kita menaruh cinta akan keagungan ciptaan-Nya di sekitar hidup kita, namun semua itu tetap kita bulatkan niat demi mendapat ridho, untuk merasakan Cinta Sejati sebagaimana yang dirasakan umat-umat pilihan Allah sebelum kita. Mari bersama kita tebarkan virus-virus cinta akan kedamaian, cinta akan kehidupan bermartabat, cinta akan lautan kasih sayang dan ayat-ayat cinta Allah lainnya yang telah dititipkan kepada Rasulullah saw, sehingga rahmat Allah menyertai kehidupan kita dalam masyarakat berbangsa dan beragama.. WALLAHU A’LAM BI SHOWAB.(gorensadakwah)
»»  Monggo lanjut